Senin, 25 Januari 2010

Mata Hati Yang Telah Banyak Mati

Suatu malam ku melihat di salah satu channel televisi, ditayangkan sebuah tayangan yang cukup menarik, beribu manusia berlomba-lomba menunjukkan bakat dan talentanya untuk bisa menghibur berjuta manusia lain yang menonton mereka. Diakhir penampilan, ada seorang kontestan yang cukup unik terutama bagi juri yang menilai saat itu. Seorang pria separuh baya, ia mengaku berasal dari sebuah desa yang cukup terpencil di negara bagian Amerika Selatan. Pekerjaan sehari-harinya adalah menangkap ayam, satu hari bisa sampai 16.000 ekor ayam ungkapnya, ehm..seperti lelucon kedengarannya, namun bagaimanapun ia berhasil membuat penonton dan juri tidak tahan menahan tawa. Dengan polos ia bercerita bahwa ia sering berdiam diri di teras halaman rumahnya, dari sana ia mampu mendapatkan berbagai inspirasi sambil menendangkan berbagai lagu favoritnya bersama gitar kesayangan yang saat ini ia bawa pula di atas panggung, tidak jarang ia pun suka menghitung bintang disana, he.. jadi ingat film india Kuch-Kuch Hota Hai itu, percayakah kau pada doa yang kau panjatkan saat bintang jatuh? He.. maaf, intermeso!

Nyambung lagi yu…di awal penampilan pria itu, para juri sudah meragukan penampilannya, bertanya-tanya tentang pekerjaan, kegiatan sehari-hari, daerah asal, dan lain sebagainya. Juri sungguh menganggap remeh padanya. Tapi tahukah engkau saat ia mulai memetik gitarnya, suasana mulai hening, semua penonton menyaksikan dengan takzim. Dan disaat ia mulai menyanyi, luar biasa! Suaranya yang lembut, serak-serak basah, terdengar begitu tulus. Sangat tulus. Lagu dengan judul Tomorrow Never Comes, berhasil mencuri hati setiap manusia yang mendengarnya saat itu, jika engkau mendengarnya pula saat itu, ehm.. ku pastikan kau kan sependapat denganku. Mantap!

Semua orang tertegun tidak percaya, semua mendengarkan, mereka terpesona. Apalagi melihat wajah juri-juri yang tentu berubah, terpancar kekaguman pada pria tersebut. Dan diakhir nyanyiannya, semua orang berdiri memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Ada yang berteriak, bersorak, sungguh luar biasa rasanya jika kita yang berada di panggung tersebut. Ratusan, bahkan mungkin ribuan orang yang menyaksikan, mereka semua bersorak, terpancar wajah bahagia disana, ada pula yang terharu, hingga menangis menyaksikan semua itu. Jurinya pun sampai berdiri memberikan tepuk tangan. Great!

Satu persatu juri berkomentar, ada tiga juri disana. Dua juri pria dan satu juri wanita. Pria pertama, ia memuji dengan begitu takjub, berkomentar bahwa diawal dia berfikir, seseorang yang berasal dari pedesaan, dengan switer yag dipakainya, topi yang dibalikkan, membawa gitar, hanya akan menampilkan suatu kekacauan, sesuatu yang aneh, tidak teratur. Namun ia menarik semua pernyataannya tersebut, ia berkata pada awal ia mendengar nyayian pria tersebut, hatinya tersentuh. Setelah 20 detik, pria desa itu berhasil mencuri hatinya, membuat ia ikut bernyanyi didalam hatinya. Hingga akhir lagu, ia mampu merasakan talenta dari pria tersebut, sungguh luar biasa ucapnya! Ia tak pernah bisa terharu hingga seperti ini, luar biasa! Pria desa itu hanya tersenyum dan mengucapakn “Terima kasih banyak! Itu sangat berarti untukku, terima kasih.”

Juri kedua, seorang perempuan separuh baya, namun tetap cantik dengan gaunnya. Ia pun tentu berfikiran sama di awal penampilan, berfikir jika laki-laki itu sungguh akan menampilkan sesuatu yang sangat buruk, tapi ternyata dia salah! Dia sebagai wanita merasakan suaru perasaan yang sangat langka, sangat langka! Dia belum pernah menemukan kontestan yang menyanyi dengan begitu tulusnya, ya, sangat tulus, semua itu dapat terasa. Itulah yang dicari dalam acara ini, itulah yang dicari Amerika saat ini. Begitu paparnya. Karena pada hakikatnya seseorang menyanyi harus mampu menghibur pendengarnya dan harus mempu dengan tulus memberikan itu semua.

Dan juri terakhir, yang sejak awal sudah banyak bertanya hal-hal aneh tentang pria desa ini, sungguh hilang sudah semua fikiran buruk pada kesan pertamanya itu, Dia terus memuji pria itu, dan berkata sama, Amerika dan dunia hiburan membutuhkan seorang yang tulus untuk bisa memberikan yang terbaik pada penonton, luar biasa! Tiga bintang didapat oleh pria desa itu, dan ia lolos menuju Las Vegas, tempat impian setiap kontestan yang mengikuti kompetisi tersebut.

Begitulah setiap orang terkadang dengan mudahnya berfikir dan menilai sesuatu. Mereka selalu tertipu oleh matanya, mata lahiriahnya. Padahal mereka masih memilki sesuatu yang tidak akan pernah bohong dalam berkata, sesuatu yang tak kan pernah salah dalam melihat, itulah MATA HATI. Iya, sesuatu yang sudah sulit untuk ditemukan, sesuatu yang sudah jarang orang menggunakannya, sesuatu yang saat ini sudah begitu gelap tak terlihat. Dimanakah ia saat ini?

Sudah banyak orang yang tidak menyadari akan mata hati yang ia miliki dalam dirinya. Atau bahkan ia sudah tuli dan tidak perduli dengan apa kata hatinya. Ia hanya berfikir ialah yang paling benar dengan apa yang ia lakukan, dengan apa yang ia lihat, dengan apa yang ia dengar. Tidak perduli dengan sekitarnya, tidak perduli dengan segala aturan yang sudah diyakini kebenarannya. Banyak pula orang yang menilai dengan sebelah mata, tanpa berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi sebenarnya, sesuatu yang terjadi diluar kendali mata lahiriahnya. Banyak orang yang menjadi korban kekerasan hatinya, tidak mau mendengar barang sejenak saja dari hati-hati lain yang mungkin sudah mampu menggunakan mata hatinya dengan baik. Kita coba selami kehidupan, pemikiran setiap orang yang tentunya akan berbeda, tidak dapat dengan gampangnya memilih sesuatu yang baik di mata semua orang, kita perlu menggunakan mata hati untuk menemukan kebenaran tersebut.

Ehm..jadi serius gini y? he.. yo wes, dilanjut! Gelapnya mata hati, mengapa semua itu bisa terjadi? Hati akan gelap karena cahaya tertutup oleh berbagai kekotoran hati yang menempel disana, apakah kekotoran hati itu? Ya, kemaksiatan, kejahatan, kelicikan, kebohongan, semua hal negatif yang ada di setiap diri manusia yang tidak mampu mengendalikannya. Ehm..pantas saja orang yang sudah menjadi biang kejahatan, dia cenderung terus melakukan kejahatannya, karena memang hatinya sudah kotor, tidak ada cahaya kebaikan yang dapat memancar dari hatinya, hanya hitam pekat! Kecuali dia yang bertaubat dan Allah menolongnya serta membimbingnya untuk terus membersihkan hati dengan tidak melakukan berbagai kemaksiatan. Namun bukan berarti, kita mengganggap remeh suatu kemaksiatan hanya karena adanya taubat, tetapi kita harus mampu memastikan bahwa Allah akan menolong kita dengan kita berusaha tidak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan lain dalam kehidupan ini.

And the end of the story, di belakang panggung, pria desa itu menangis tidak kuat menahan rasa harunya. Dia tidak pernah menyangka bahwa ia mampu membuat semua orang terkesima dengan penampilannya, dia tidak pernah menyangaka dia mampu mengalahkan ribuan kontestan lainnya yang gagal untuk bisa pergi ke Las Vegas. Ehm.. sepertinya terlalu berlebihan, seorang lelaki yang terkesan cengeng dan lemah hatinya. Padahal semua itu manusiawi bukan? Namun terkadang banyak orang yang tidak menyadri hal tersebut, ia lupa menggunakan mata hatinya dalam menilai hal ini. Mungkin meraka berfikir ia berlebihan, norak, cengeng, dan sebagainya. Padahal itu salah satu karunia yang Allah berikan tidak kepada sembarang hamba-Nya. Bisakah engkau bayangkan, mungkin dia akan dengan mudah menangis di saat dia berdoa, karena hatinya yang bersih yang mampu menyadari segala dosa-dosanya, memohon ampun pada Allah dengan begitu khusuknya. Ia akan berhati-hati dalam bertindak, tentram hatinya, yakin dalam setiap tindakannya. Dan kita, bagaimana dengan hati kita? apakah kita mampu menyadari segala dosa dan memohon ampun pada Allah seperti itu? Atau mungkin kita sama sekali kita tidak perduli dengan dosa-dosa yang sudah terlampau banyak kita lakukan? Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua, amin.

Tidak ada komentar: