Rabu, 03 Oktober 2012

Ku Milik-Mu, Maher Zain


Kuberdoa
Dengan jiwa dan tubuhku
Setiap hari sepanjang hidupku
Dengan napasku
Aku berjanji pada-Mu
Untuk hidup hanya untuk-Mu
O Allah!
Kau bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hatiku
Hidupku,
Kupersembahkan pada-Mu
Ku milik-Mu
Ku milik-Mu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Chorus:
Kini kutahu rasanya
Hidup dalam cahaya kasih-Mu
Kini kutahu rasanya
Menemukan damai di hati
Seandainya semua tahu
Indahnya mengabdi pada-Mu
Seandainya semua tahu
Kasih-Mu lepaskan belenggu
Bebaskanku, kuatkanku
O Allah!
Kubersyukur pada-Mu
Walau kata tak sanggup ungkapkan
Kau buatku,
Mampu lawan keraguan
Dan tegar hadapi tantangan
Hanya Engkau
Sanggup bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hatiku
Dan hidupku,
Kupersembahkan pada-Mu
Ku milik-Mu
Ku milik-Mu

CHORUS

Cinta, hidup, siang, malam, harta, doa semua
Untuk-Mu (x2)
Dan tiada satu pun dapat bersaing dengan-Mu di hatiku
Cinta, hidup, siang, malam, harta, doa semua untuk-Mu

CHORUS

#suka bgt.. ^^

Minggu, 23 September 2012

Terima Kasih Allah ^-^


Tersadar didalam sepiku
Setelah jauh melangkah
Cahaya kasih-Mu menuntunku
Kembali dalam dekap tangan-Mu
Terima kasih Allah untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semuaaa kesalahanku yang pernah menyakiti-Mu

Tanpa-Mu tiada berarti
Tak mampu lagi berdiri
Cahaya kasih-Mu menuntunku
Kembali dalam dekapan tangan-Mu

Terima kasih Allah untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semuaaa kesalahanku yang pernah menyakiti-Mu
ouuwwww…
ouuwwww…

Terima kasih Allah untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semuaaa kesalahanku oouuwww
Kesalahanku yang pernah menyakiti-Mu

#Lagi suka bgt ma lagu ini... maaf, kalo liriknya ada yang diedit.. :D

Jumat, 21 September 2012

Butiran Debu?? hhe

Lagu Butiran Debu yang lagi hits bgt sekarang, di denger2, lebay jg y... :D
jadi iseng nih, liriknya di edit2 dan dijadiin puisi.. hhe
#maaf y.. ini iseng doang... ^^v

Aku terjatuh dan selalu mampu untuk bangkit kembali
Aku tak pernah tenggelam dalam luka,
tetapi lukalah yang membuatku lebih kuat lagi
Aku tak pernah tersesat dan tahu kemana aku harus pulang,
karena tempat kembali yang terbaik adalah Allah,
Yang Maha Sempurna, yang membuatku semakin yakin,
Aku tanpa-Mu, butiran debu...

:D

Minggu, 16 September 2012

Jangan Salah Faham Dulu y... :)

Sering kali pertengkaran terjadi karena adanya kesalahfahaman. Kecurigaan dan tuduhan yang tercipta secara sepihak, tidak adanya kesempatan untuk lawan bicara dalam menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mana bisa kita meyelesaikan masalah kalau kayak gitu? right? hehe

Tiba-tiba memutuskan suatu keputusan secara sepihak, menuntut dan terus menyalahkan. Disaat yang tersudut merasa tertekan dan tidak mampu untuk bersabar, maka emosi lah yang keluar. Jika api dilawan dengan api... hwuaah... api semakin besarlah.. heu

Disaat amarah dari lawan bicara kita mulai menyala, diamlah kita sejenak. Dengarkan semua tentang apa yang ingin dia sampaikan, berlapang hatilah untuk banyak mendengarkan dan bersabar. Meski amarahnya terus membludak, berusahalah untuk tenang, tenang, dan tenang dalam menyimak. hhe

Jika ia sudah merasa cukup dalam berbicara, mintalah padanya dengan baik-baik untuk anda memulai berbicara, pelan, tenang, tanda menyudutkan atau menyalahkan siapapun. Cari titik permasalahn yang sebenarnya, kemudian cari solusi itu bersama. Apa yang sebenarnya harus dipahami bersama dan di selesaikan bersama.

Memang tidak mudah, tetapi, itulah jalan agar semua bisa semakin membaik dan semakin jelas. Jika emosi dilawan dengan emosi, maka hanya kesalahpahaman yang terus menerus muncul. Saling egois dan menjelekkan, akhirnya, tidak ada lagi rasa saling menghargai, tidak lagi saling mempercayai dan masalah-masalah baru yang tidak semestinya ada, menjadi bermunculan. yaaa... bisa ditebak apa yang akan terjadi?

So.. mulai sekarang.. cari dulu permasalahan yang sebenarnya, sebelum menentukan sendiri orang lain salah atau tidak. Jangan hanya pakai emosimu yo teman. hhe Mari belajar mendengarkan lebih banyak, daripada berbicara. Seperti seorang pepatah berkata, jika banyak berbicara itu memang lebih baik daripada banyak mendengarkan, maka mungkin Tuhan akan menciptakan dua bibir dan satu telinga, bukan sebaliknya. hhe begitulah kurang lebih..

be patient, be wise.. B-) ;-D

Minggu, 22 Januari 2012

Wanita, Kaca Yang Berdebu

Ia ibarat kaca yang berdebu
jangan terlalu keras membersihkannya
nanti ia mudah retak dan pecah
nanti ia mudah keruh dan ternoda

Ia ibarat kaca yang berdebu
jangan terlalu lembut membersihkannya

*
Ia bagai permata keindahan
sentuhlah hatinya dengan kelembutan
ia sehalus sutera di awan
jagalah hatinya dengan kesabaran

Reff :
Lemah lembutlah kepadanya
namun jangan terlalu memanjakannya
tegurlah bila ia tersalah
namun janganlah lukai hatinya (2x)

back to *

Bersabarlah bila mengahadapinya
terimalah ia dengan keikhlasan
karena ia kaca yang berdebu
semoga kau temukan dirinya
bercahayakan iman


Download lagu ini... ^^d

Senin, 09 Januari 2012

Siapa Aku? Bagaimana Peranku?

“Siapa aku?” , sebuah pertanyaan singkat yang banyak diremehkan orang. Seseorang akan cenderung menjawab dengan kalimat singkat sesingkat pertanyaannya. “Saya adalah seorang pekerja, saya adalah seorang laki-laki, saya adalah ……” dan banyak contoh jawaban yang akan terlontar dengan nada yang hampir sama yaitu hanya mengungkapkan ciri-ciri lahiriah saja, ciri-ciri yang tampak oleh mata.

“Siapa aku?”, sebenarnya lebih menuju kepada sebuah maksud, sejauh mana kita mengenali diri kita sendiri. Maksud dari pengenalan diri sendiri sebenarnya mempunyai makna yang dalam dan luas, mempunyai segi-segi yang perlu dikenali dan direnungkan secara seksama. Segi-segi atau hal-hal yang harus kita kenali dan direnungkan agar kita bisa mengenal diri kita adalah :

1.      Kedudukan diri seseorang di hadapan Allah

2.      Kedudukan diri di mata sesama manusia

Untuk lebih mendalami kedua poin tersebut, tentu kita kembali kepada sumber terbaik yang sudah Allah berikan, yakni kitab Al-Quran.

Al-Qur’an mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah (mengenal Allah), sebagaimana tersirat dalam Surah at-Taariq [86] ayat 5-7.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ . خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ . يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ .

Maka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. at-Taariq [86]: 5-7)

Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.”
Di samping itu, Al-Qur’an juga memuat petunjuk mengenai manusia, sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan dengan pembentukan gambaran yang benar tentang kepribadian manusia, motivasi utama yang menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa manusia.
Dalam tulisan ini, kita akan mencoba melihat sejauh mana hakikat manusia menurut perspektif Al-Qur’an.

Definisi Manusia

 

Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan beberapa istilah pokok, salah satunya menggunakan kata basyar dan insaan.

Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.

Dari akar kata basyar lahir pula makna bahwa :

-         proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.

-         dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan.

-         kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.

Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia.

 

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ .

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Di dalam diri manusia terdapat tiga kemampuan yang sangat potensial untuk membentuk struktur kerohaniahan , yaitu nafsu , akal dan rasa.
-         Nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk berbuat kreatif dan dinamis yang yang dapat berkembang kepada dua arah , yaitu kebaikan dan kejahatan. sebagaimana Firman Allah dalam surat as-Syam 8 :

"… maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kesesatan dan ketakwaan."

-         Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter yang menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah yang didorong oleh nafsu akal akan membawa manusia untuk memahami , meneliti dan menghayati alam dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuandan kesejahteraan .

"… akan tetapi orang - orang yang jalim itu mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan." ( Qs Arrum : 29 )

-         Rasa merupakan potensi yang mengarah kepada nilai - nilai etika, estetika dan agama.

" Sesungguhnya orang yang mengatakan : tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka berIstiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka" (Qs Al Ahqaf : 13)

Ketiga potensi dasar diatas membentuk struktur kerohaniahan yang berada di dalam diri manusia yang kemudian akan membentuk manusia sebagai insan. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.
Konsep basyar dan insan merupakan konsep islam tentang manusia sebagai individu. Sedangkan dalam hubungan social, Alqur’an memberikan istilah Annas yang merupakan jamak dari kata insaan dan perwujudan kualitas keinsanian manusia ini tidak terlepas dari konteks sosialnya dengan lingkungan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).

Asal-Usul Penciptaan Manusia

Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s. Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72, Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29.
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain.
Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah, dalam Surah Al-Hajj [22] ayat 5 dan Surah Al-Mu’minuun [23] ayat 13-14.
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut.
-         Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah.
-         Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah.
-         Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah).
-         Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah).
-         Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam).
-         Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah).
-         Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.
-         Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.

Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, diantaranya:
-         Kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat Al-Isra’ ayat 70.
-         Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia jika mereka dapar berperan sebagai khalifah yang tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).

Tujuan Hidup Manusia

Sebagai makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh Allah didunia, peranan manusia dalam kehidupan di bumi tentulah sangat vital. Oleh karena itu, dalam hidup, manusia memiliki banyak sekali tujuan. Adapun tujuan - tujuan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua :
1.        Dilihat dari arahnya, dibedakan menjadi dua :
a.      Tujuan Hidup vertikal : mencari ridho Allah (QS Al- Baqoroh 207)
b.      Tujuan hidupo horizontal : bahagia di dunia dan akhirat, rahmat bagi semua manusia dan seluruh alam ( Al anbiya' : 107)
2.       Dilihat dari segi lingkunganya :
a.      Tujuan hidup pribadi ( albaqoroh 22)
b.      Tujuan hidup anggota keluarga ( Arrum : 21)
c.        Tujuan hidup anggota lingkungan ( Al a'rof : 96 )
d.      Tujuan hidup warga negara / bangsa ( Saba' : 15 )
e.       Tujuan hidup warga dunia ( Al qashas : 77 )
f.        Tujuan hidup alam semesta ( al anbiya : 107)

Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis berikut.

Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”
(Muttafaq ‘alaih)

Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.

Manusia Sebagai Khalifah Allah.

Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan ini manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
(Al-Baqarah:30)

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa.

Firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (Al-Ahzab: 72)

Optimalisasi Kemampuan

Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuanya. Optimalisasi kemampuan tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap potensi-potensi yang dimilikinya.
Manusia diberikan kelebihan fisik tersebut guna memasimalkan tugas kekhalifahan di bumi. Dengan otak manusia diharapkan kehidupan di bumi secara umum dapat berkembang dengan baik dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan, manusia diharapkan memiliki kemampuan mencipta, dalam arti memnafaatkan potensi sumber daya dari Allah. Dengan lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Dari hal-hal tersebut di atas maka jelaslah bahwa optimalisasi kemampuan tercermin dari optimalisasi potensi materi yang dimiliki oleh manusia dari Allah. Sekarang kita bisa melihat hasilnya yaitu dengan adanya kapal, pesawat terbang, motor, mobil, dan teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kemashlahatan makhluk : manusia, hewan, dan tumbuhan.

Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Sesungguhnya semua fasilitas yang sudah tersedia di dunia secara gratis seperti tumbuhan, binatang, angin, udara, air dan apapun adalah untuk manusia. Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia di bumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu hal, janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia harus bisa berlaku normal sebagaimana adanya. Allah mengatakan bahwasanya potensi-potensi alam itu tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku apabila manusia memnafaatkan dengan sewajarnya. Namun, kejadian sekarang ini, akibat pengaruh industrialisasi, seluruh potensi alam hampir habis di serap untuk kepentingan manusia tanpa berpikir baik buruknya sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem. Sesungguhnya hal tersebut tidak harus terjadi apabila manusia taat dan patuhpada perintah Allah. Janganlah melampaui batas.
Optimalisasi alam bukanlah dengan tindakan mengeruk sebanyak-banyaknya potensi alam semesta. Akan tetapi, optimalisasi sebenarnya dimaksudkan untuk mengatur semaksimal mungkin perihal pengelolaan alam. Sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Hutan tidak akan habis hanya oleh karena alasan industrialisasi atau perluasan masalah tempat tinggal. Dengan potensi otak manusia telah diberi akal untuk berpikir bagaimana menyeimbangakan segala potensi kehidupan dan alam semesta.
Walaupun Al Quranul Karim telah memberitahu tugas dan tanggungjawab manusia di dunia ini dan diberitahu mereka yang menunaikan tanggung jawab akan masuk ke Syurga, manakala yang tidak bertanggung jawab akan ke Neraka, namun tidak semua manusia percaya berita ini serta beriman dengannya. Bahkan yang percaya dan beriman dengannya pun, karena tidak mampu melawan nafsu serta mempunyai kepentingan-kepentingan peribadi, ramai yang tidak dapat benar-benar memperhambakan diri kepada Allah dan gagal menjadi khalifah-Nya yang mentadbir dan mengurus dunia ini dengan syariat-Nya. Karena itulah Allah Taala berfirman dalam surat Saba 13 :

“Sedikit sekali daripada hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)

Keoptimalan peran manusia sebagai khalifah dibumi akan tercapai dengan sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang dianugerahkan dari Allah dengan menciptakan teknologi yang canggih dengan berdasarkan nilai-nilai keilahiyahan (sifat-sifat Allah -Asmaul Husna-) dan keislaman dengan kemampuan seni mengatur keseimbangan potensi alam dan lainnya dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang robbani yang memerintah berdasarkan Syariat Islam.
Apabila hal-hak tersebut tidak tercapai seluruhnya maka tidak pula tercapai keoptimalisasian peran kekhalifahan manusia. Kalaupun terjadi, maka hal tersebut belum dan tidak maksimal. Jadi, pada dasarnya setiap umat manusia mengemban tugas yang maha penting untuk memerankan kekhalifhan di bumi.

Kesimpulan Manusia Sebagai Seorang Individu

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.

Interaksi  Manusia  Sebagai  Makhluk  Sosial

Menurut takdir dan sunnahtullah manusia adalah makhluk sosial, manusia juga merupakan mahluk yang paling mulia karena dilengkapi dengan akal pikiran, sehingga hal inilah yang membedakan derajat manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sebagai makhluk sosial tentu, manusia membutuhkan manusia lain sebagai pelengkap segala kebutuhan dalam hidupnya, tidaklah mungkin apabila ada manusia yang mampu hidup sebatang kara.
Allah subhanahuwata’ala berfirman:

Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Ali-‘Imran: 103)

Manusia dikatakan makhluk sosial, karena didalam diri manusia terdapat suatu kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, dan tentu saja manusia tidak akan pernah mampu apabila tidak hidup diantara manusia lainnya.
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu, kelompok, serta masyarakat.
Interaksi adalah suatu proses dimana orang-orang saling berkomunikasi, saling mempengaruhi antara manusia dengan manusia lainnya.
Begiupula interaksi antar individu, interaksi indvidu terjadi apabila ada dua orang yang bertemu, kemudian mereka saling menegur, berjabat tangan, berpelukkan, hingga sampai tahap berbicara akrab. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial, bahkan berkelahi pun dapat dikatakan sebagai suatu interaksi sosial.
Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda:

“Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang beranggota lebih banyak.” (Shahih Muslim No.4019)

Secara teoritis, setidak-tidaknya ada dua syarat terjadinya interaksi sosial:
1.        Ada kontak sosial
2.       Ada komunikasi.

Kontak sosial dapat bersifat primer (face to face) dan dapat berupa sekunder (melalui media elektronik, seperti; televise, HP, radio).
Faktor pendorong interaksi sosial:
-         Imitasi, suatu proses meniru, artinya ketika seseorang menirukan apa yang dilakukan oleh orang lain, contoh: proses imitasi seorang anak yang menirukan ayahnya.
-         Sugesti, suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau masukkan – masukkan baik berupa saran, nasihat, atau teguran yang dilakukan oleh orang yang didengarnya, contoh : seorang dai sedang memberikan sugesti kepada para binaannya.
-         Identifikasi , hampir mirip dengan definisi Imitasi, namun yang membedakan adalah, bahwa proses identifikasi adalah ketika seseorang menirukan apa yang menjadi panutan maupun teladan seseorang, bahkan mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, makanan dan minuman favorit, dan lainnya, contoh: seorang remaja sedang mengidentifikasikan dirinya sebagai pasukan khusus.
-         Simpati, perasaan tertariknya seseorang yang satu terhadap orang lain, Simpati tidak timbul atas logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian maupun perasaan, contoh: sekumpulan remaja sedang bersimpati atas kelulusan mereka setelah Ujian Nasional.
-         Empati, merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang, seperti seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang bersekolah di luar kota, contoh: seorang yang menolong pengemis karena merasa kasihan.

Interaksi Manusia Antar Sesama Muslim

Termasuk rahmat Allah subhanahuwata’ala apabila Dia menjadikan hambanya yang mukmin bersaudara dan saling mencintai, bersatu dan bekerjasama, saling menolong, saling berhubungan erat dan berbelas kasihan.
Allah subhanahuwata’ala berfirman tentang manusia:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al-Israa’ : 70)

Dan juga firman-Nya:

Sesungguhnya orang mukmin bersaudara.” (Al-Hujarat: 10)
Suatu hari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pernah memandang Ka’bah, kiblat kaum muslimin, dengan rasa takjub. Lalu beliau shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda :

Selamat datang wahai Ka’bah, betapa agungnya engkau dan betapa agung kehormatanmu. Akan tetapi orang mukmin lebih agung di sisi Allah daripadamu.” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan, no. 4014; shahih]

Oleh karena itu sebagai suatu kesatuan Ukhwah Islamiyyah, tentu saja ada beberapa hak-hak dalam persaudaraan islam.
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda:

Hak muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, menggiring jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin.” (shahiih: Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain oleh Muslim,

Hak musim atas muslim lainnya ada enam.” Rasulullah ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Apabila engkau bertemu dengannya ucapkanlah salam, jika mengundangmu maka penuhilah, bila meminta nasihat maka nasihatilah, bila bersin dan menguap Alhamdulillah, maka doakanlah, apabla sakit maka jenguklah dan apabila ia meninggal maka iringilah jenazahnya.”

Subhanallah! Betapa indah dan mulianya Allah azza wa jalla  mengatur interaksi sosial antar sesama muslim, tidak ada yang lebih indah dibandingkan persaudaraan antar sesama muslim.
Bahkan Allah subhanahuwata’ala berfirman:

 “Walaupun engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi niscahya engkau tidak bisa mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah-lah yang telah mempersatukan hati mereka.”  (Al-Anfal: 63)

Wallahu’alam bishawab…


Daftar Pustaka :

Hendar, Abu. (2011). Sosiologi Islam. [online] Tersedia: http://abu-hendar.blogspot.com/p/sosiologi-islam.html
Hidayat, Annisa. (2010). Hakikat Manusia dalam Al-Qur’an. [online] Tersedia: http http://annisahidayat.wordpress.com/2010/05/11/psikologi-manusia-dalam-al-quran/
Rama. (2008). Hakikat Manusia Menurut Islam. [online] Tersedia: http://ramaalessandro2.multiply.com/journal/item/1?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem