Kamis, 22 Desember 2011

Pengembangan Bahan Ajar Matematika


Dalam konteks pembelajaran, bahan ajar merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran, karena bahan ajar merupakan suatu komponen yang akan/harus dikaji, dicermati, dipelajari, dan dijadikan materi yang akan dikuasai oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya. Tanpa bahan ajar maka pembelajaran tidak akan menghasilkan apa-apa.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2006:4).

Siddiq (2008:28) mengemukakan bahwa bahan ajar dapat dibentuk sebagai alat peraga pembelajaran, media pembelajaran atau dalam bentuk berbagai sumber belajar. Bahan ajar dalam bentuk media pembelajaran berfungsi sebagai perantara dalam komunikasi pembelajaran, karena pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara siswa dengan sumber pesan pembelajaran. Pesan pembelajaran yang didesain dalam bentuk media pembelajaran akan membuat komunikasi pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Efisiensi dan efektivitas pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari, dan respon siswa yang didasarkan atas pemahaman materi pelajaran yang dipelajari.

Siddiq (2008:29) menjelaskan bahan ajar dalam bentuk alat peraga pembelajaran dan media pembelajaran diklasifikasikan dalam beberapa kelompok:
1.      Bahan ajar berbentuk media visual, seperti gambar, foto, peta, globe,dsb.
2.      Bahan ajar audio, seperti radio, CD audio, kaset rekaman, piringan hitam, dsb.
3.      Bahan ajar audio-visual, seperti televisi, film, video, CD audio-visual, dsb.
4.      Bahan ajar dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.
5.      Bahan ajar cetak, seperti buku, modul, surat kabar, majalah, bulletin, LKS (Lembar Kerja Siswa), dsb.

Dari beberapa format tersebut dapat diklasifikasikan kedalam dua macam, yaitu format bahan pembelajaran dengan komponen lengkap dan komponen tidak lengkap. Bahan pembelajaran dalam bentuk komponen lengkap, didesain untuk pembelajaran mandiri, sedang bahan pembelajaran komponen tidak lengkap adalah bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga/media pembelajaran yang digunakan guru sebagai alat bantu faktor pendukung komponen pembelajaran yang lain.

Alat peraga dapat dimasukkan sebagai bahan ajar apabila alat peraga tersebut merupakan desain materi pelajaran yang diperuntukkan sebagai bahan ajar. Misalnya, dalam pembelajaran klasikal, guru menggunakan alat peraga yang berisi materi yang akan dijelaskan dalam pembelajaran. Jadi alat peraga yang digunakan guru tersebut memang berbentuk desain materi yang akan disajikan/dijelaskan guru, sehingga sangat membantu dalam meragakan pengertian materi pembelajaran. Contoh kongkritnya, guru membawa alat peraga globe untuk menjelaskan bentuk bumi dengan segala penjelasannya (Siddiq, 2008:35).

Media pembelajaran juga termasuk dalam kategori bahan ajar, apabila media pembelajaran diperankan sebagai desain materi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya, media televisi yang didesain sebagai komponen monitor yang dihubungkan dengan VCD/CD player dalam penyajian program pembelajaran dalam bentuk VCD/CD pembelajaran yang dipersiapkan untuk pembelajaran, baik pembelajaran klasikal, kelompok ataupun mandiri (Siddiq, 2008:36).

Bahan ajar dapat juga dalam bentuk berbagai sumber belajar, artinya bahan pembelajaran yang digunakan bahan acuan atau sebagai sumber materi dari mana siswa mendapatkan bahan yang dipelajari. Dalam aktivitas pembelajaran seringkali guru memerlukan sumber belajar atau bahan materi yang akan diajarkan atau untuk dipelajari siswa, sehingga guru harus menunjukkan kepada siswa dari mana sumber materi harus diperoleh. Dalam konteks bahan ajar sebagai sumber belajar, maka bahan ajar lebih berperan pasif, karena bahan ajar lebih sebagai sesuatu yang dicari dan digunakan sebagai sumber dari materi yang akan dikaji atau dipelajari (Siddiq, 2008:29).

Siddiq (2008:30) menjelaskan bahan ajar dalam bentuk sumber belajar dikelompokkan menjadi dua bentuk sumber belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design) dan sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization). Baik sumber belajar dalam ujud manusia (human recourses) maupun sumber belajar bukan manusia (non human recourses). Bahan ajar cetak seperti modul adalah sumber belajar non human yang dirancang/didesain untuk pembelajaran, sedang alam sekitar adalah contoh sumber belajar non manusia yang tinggal dimanfaatkan (by utilization).

Guru adalah contoh sumber belajar human yang dirancang (by design) lewat pendidikan guru, sedang pembelajaran dengan menghadirkan dokter untuk mengajarkan materi tentang hidup bersih adalah contoh sumber belajar human yang dimanfaatkan (by utilization), karena dokter tidak dirancang untuk menjadi guru (Siddiq, 2008:30).

Bahan ajar merupakan faktor eksternal siswa yang mampu memperkuat motivasi internal untuk belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang mampu mempengaruhi aktivitas pembelajaran adalah dengan memasukkan bahan ajar dalam aktivitas tersebut. Bahan ajar yang didesain secara lengkap, dalam arti ada unsur media dan sumber belajar yang memadai akan mempengaruhi suasana pembelajaran sehingga proses belajar yang terjadi pada diri siswa menjadi lebih optimal. Dengan bahan ajar yang didesain secara bagus dan dilengkapi isi dan ilustrasi yang menarik akan menstimulasi siswa untuk memanfaatkan bahan ajar sebagai bahan belajar atau sebagai sumber belajar.

Bahan ajar yang baik dan lengkap seharusnya dilengkapi ilustrasi dan tugas atau latihan serta aktivitas lain yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi dan kompetensi yang dipelajari. Jadi ilustrasi, tugas/latihan, aktivitas lain dan evaluasi yang dimasukkan sebagai kelengkapan aktivitas belajar siswa bisa berfungsi sebagai materi penguat (reinforcement).

Bahan ajar perlu dikembangkan dan diorganisasikan secara mantap dan matang agar pembelajaran tidak melenceng dari tujuan yang hendak dicapai. Mengembangkan bahan ajar adalah suatu aktivitas “mendesain” materi pelajaran menjadi bahan yang siap disampaikan/digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan bahan ajar yang didesain baik akan mempermudah siswa dalam belajar.
Menurut Bandono (2009), bahan ajar dikembangkan dengan tujuan:
1.      Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2.      Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3.      Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Pengembangan bahan ajar dimaksudkan agar aktivitas pembelajaran lebih meningkat efektivitas dan efisiensinya. Efektivitas suatu pembelajaran akan terlihat pada hasil pembelajaran yang dicapai. Apakah pembelajaran mencapai hasil yang baik atau tidak baik. Apakah kompetensi/kemampuan yang diharapkan dapat tercapai/dikuasai siswa? Sedang efisiensi suatu pembelajaran berarti, pembelajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama, telah mampu mencapai tujuan. Artinya dalam waktu relatif singkat pembelajaran telah mencapai hasil yang optimal yaitu telah dikuasainya materi oleh siswa. Pembelajaran seperti itu tidak akan banyak memerlukan energi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan siapa yang berkompeten dalam mengembangkan bahan ajar, dikemukan Doll dalam Sungkono. dkk (Siddiq, 2008:49), yang menjelaskan bahwa pengembangan mata pelajaran dan bahan ajar bukan pekerjaan yang dilakukan serampangan dan oleh sembarang orang. Bahan ajar merupakan hasil kerja desain pembelajaran, maka bahan ajar seharusnya dikembangkan oleh para desainer (pengembang) pembelajaran. Guru merupakan salah satu staf lembaga formal yang memiliki kewenangan dan kewajiban untuk mengembangkan mata pelajaran dan bahan ajarnya. Pihak lain yang juga memiliki kewenangan dan kewajiban mengembangkan bahan ajar adalah pendidik (educator) dan ahli bidang studi (subject matter expert).

Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan dan memilih bahan ajar bagi para siswanya. Bandono (2009) menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar yaitu:
1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.
2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik.
4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan.

Bandono (2009) pun mengemukakan manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan bahan ajar diantaranya:
1.      Bagi guru,
a.       Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
b.      Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.
c.       Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.
d.      Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
e.       Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
f.       Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
2.      Bagi peserta didik,
a.       Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b.      Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
c.       Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Untuk lebih memahami tentang pengembangan bahan ajar, Siddiq (2008:50) mengemukakan bahwa bahan ajar memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan buku teks, yakni :
1.      Buku teks diperuntukkan untuk umum, sementara bahan ajar diperuntukkan bagi siswa tingkat pendidikan tertentu.
2.      Format sajian berbeda antara buku teks dengan bahan ajar. Buku teks menggunakan format sekuensial teori, sedang bahan pembelajaran menggunakan format sekuensial kurikulum sekolah.
3.      Bahasa yang digunakan dalam buku teks lebih formal ilmiah, sedang dalam bahan ajar menggunakan bahasa komunikatif, yaitu bahasa yang sesuai dengan audien pembelajaran.
4.      Buku teks tidak dilengkapi berbagai komponen pembelajaran, sedang bahan ajar dilengkapi komponen pembelajaran yang lain. Misalnya, dilengkapi dengan petunjuk belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan belajar/uraian materi, rangkuman, latihan-latihan, evaluasi, umpan balik, kunci jawaban soal.
5.      Tujuan buku teks untuk dikuasainya materi teori dan ilmu pengetahuan, sedang tujuan bahan ajar agar dikuasainya kompetensi suatu mata pelajaran.
6.      Buku teks tidak banyak diperlukan ilustrasi yang mendetail, tetapi untuk bahan ajar sangat diperlukan ilustrasi yang mendetail.
7.      Buku teks tidak memerlukan latihan, tugas, dan tes formatif, sedang dalam bahan ajar komponen tersebut sangat diperlukan.
8.      Buku teks disusun dengan ber bab-bab, sedang bahan ajar disusun untuk kompetensi mata pelajaran yang sangat terbatas.

Buku teks tidak memiliki sifat yang dimiliki oleh bahan ajar. Bahan ajar memiliki sifat khusus, menyesuaikan dengan penggunanya, komponen pembelajaran lengkap, dan berorientasi pada silabus atau kurikulum sekolah.

Salah satu bentuk dari bahan ajar adalah bahan ajar cetak. Selain mutlak menggunakan teknologi cetak, bahan ajar cetak memiliki karakteristik harus mampu membelajarkan sendiri para siswa (self-instructional). Artinya bahan ajar cetak harus mempunyai kemampuan menjelaskan yang sejelas-jelasnya untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, baik dalam bimbingan guru maupun secara mandiri.

Bahan ajar cetak bersifat lengkap (self-contained) artinya memuat hal-hal yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal-hal tersebut adalah tujuan pembelajaran/kompetensi, prasyarat yaitu materi-materi pelajaran yang mendukung atau perlu dipelajari terlebih dahulu sebelumnya, prosedur pembelajaran, materi pembelajaran yang tersusun sistematis, latihan/tugas-tugas, soal-soal evaluasi beserta kunci jawaban dan tindak lanjut yang harus dikerjakan oleh siswa.

Selain karakteristik yang telah disebutkan di atas, bahan ajar cetak juga memiliki karakteristik mampu membelajarkan peserta didik (self-instructional material), artinya dalam bahan pembelajaran cetak harus mampu memicu siswa untuk aktif dalam proses belajarnya bahkan membelajarkan siswa untuk dapat menilai kemampuan belajarnya sendiri.

Salah satu bentuk bahan ajar cetak adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). Siddiq (2008:122) menjelaskan bahwa LKS dikemas dengan hanya menekankan pada latihan, tugas atau soal-soal saja. Walaupun hanya menekankan pada hal tersebut, LKS tetap menyajikan uraian materi namun disajikan secara singkat. Soal-soal yang disajikan dalam LKS harus benar-benar dikembangkan berdasarkan pada analisis tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dijabarkan kedalam indikator pencapaian.
 Agar tetap mampu membelajarkan secara baik, LKS tidak hanya memuat serangkaian soal dan tugas tetapi juga menyediakan rambu-rambu pengerjaannya sehingga siswa benar-benar dapat mempelajari bahan ajar melalui soal-soal dan tugas. Selain itu kesimpulan disetiap akhir pokok bahasan juga tetap harus disampaikan sebagai perulangan dan penguatan materi untuk siswa.

Siddiq (2008:127) menjelaskan bahwa dalam pengembangan bahan ajar cetak, termasuk LKS, harus menempuh tahap-tahap berikut:
1.      Menyusun Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) bahan ajar tercetak yang akan dikembangkan.
GBPP bahan pembelajaran cetak adalah rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dan pokok-pokok materi yang akan dikembangkan ke dalam bahan ajar cetak. Di dalam GBPP bahan ajar cetak harus memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, topik/pokok bahasan, sub pokok bahasan, estimasi waktu dan daftar pustaka yang akan digunakan.
2.      Menulis bahan ajar dengan mengikuti strategi instruksional tertentu.
Bahan ajar ditulis dengan menggunakan strategi instruksional yang sama seperti yang digunakan pengajaran di dalam kelas biasa. Menulis bahan ajar berarti mengajar mengajarkan mata pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan dalam menulis bahan ajar sama halnya dengan prinsip-prinsip pengajaran biasa. Perbedaannya adalah bahasa yang digunakan bersifat setengah formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat formal.
3.      Meninjau kembali, melakukan uji coba lapangan dan merivisi bahan ajar sebelum digunakan di lapangan.
Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar LKS adalah pada pengembangan GBPP bahan ajar cetak yang telah dikembangkan sebelumnya, terutama pada analisis kompetensi sampai pada indikator ketercapaiannya. Pengembangan indikator dalam GBPP haruslah benar-benar mewakili standar kompetensi dan kompetensi dasarnya, karena nantinya indikator inilah yang akan dijadikan panduan dalam membuat soal-soal.

Materi yang disajikan dalam LKS bukanlah pemaparan secara menyeluruh tetapi hanya berupa ringkasan saja, namun pada bagian materi tertentu yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi maka pemaparan materi lebih difokuskan.

Perlu diperhatikan, bahwa latihan dan soal-soal yang dikembangkan harus menggunakan berbagai bentuk dan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak membosankan. Harus dicantumkan pula langkah-langkah pengerjaannya jika soal tersebut berbentuk esai dan penugasan.


Daftar Pustaka :

Siddiq, D, dkk. (2008). Pengembangan Bahan Ajar SD. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. [online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/26566848/Pedoman-Memilih-Dan-Menusun-Bahan-Ajar [27 Februari 2011]
Bandono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. [online] Tersedia: http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php [27 Februari 2011]

Tidak ada komentar: